Pahlawan Penakluk Tanjakan "Masya Allah"

Senin, 10 November 20140 komentar

TANGGAMUS – Jutaan kilometer dari kampung halaman, telah banyak asam garam kehidupan tanah rantau dirasakan pria kelahiran Desa Dulolong Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini. Ya, bungsu dari 9 bersaudara ini memang diberi nama yang sangat heroik oleh almarhum ayahnya: Pahlawan. Lengkapnya Pahlawan Usman.

Perihal nama tersebut, ia pernah bertanya ke sang ibu. “Cerita ibu, dulu di kampung setiap upacara bendera dengan lagu Jepang, bapak saya yang selalu meniup terompet. Terompet itu akhirnya dihadiahkan untuk bapak dan sampai sekarang masih tersimpan di rumah di Alor. Kata ibu, itu yang mengilhami ketika saya lahir diberi nama Pahlawan,” kenang pria kelahiran 5 Juli 1976 ini.

Sekalipun jumlah warga muslim Alor relatif lebih banyak dibandingkan kabupaten lain di NTT, namun hidup di lingkungan minoritas muslim membuat orangtua Pahlawan mendidiknya untuk haus terhadap ilmu agama. Konsisten menempuh pendidikan di sekolah islam (ibtidaiyah hingga aliyah; pendidikan lanjutan atas diselesaikannya di Madrasah Aliyah di Dilli, Timor Timur), Pahlawan lalu melanjutkan kuliah pada tahun 1995 di Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.

Perhelatan nasional Forum Komunikasi Mahasiswa Teknik Indonesia yang diselenggarakan tahun 1999 di Lampung membawanya berkenalan dan menikahi Fitria, gadis Tanggamus yang kini menjadi ibu dari ketiga anaknya. Demikianlah Pahlawan kemudian memutuskan tinggal di Lampung, tepatnya di Pekon (Desa) Pematang Lebak Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus sejak tahun 2001. Suka duka rumahtangga baru sekaligus sebagai orang rantau dilakoni Pahlawan demi menghidupi keluarganya, mulai dari berjualan air jerigen-an, kulit kopi untuk pakan ternak, serta hasil-hasil hutan.
“Atas kebaikan seorang guru, kami pernah dibolehkan tinggal di rumahnya yang tak terpakai. Rumah itu sudah rusak-rusak. Kalau hujan bocor dimana-mana. Dan karena itu lingkungan sekolah, alhamdulillah kami bisa sambil berjualan jajanan sekolah,” kenangnya.

Tahun 2002 ia mulai bersentuhan dengan para pelaku dakwah. Pertama kali ia berkenalan dengan ustadz yang juga Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Pardasuka, Kabupaten Tanggamus, Ustadz Budi Prayitno. “Dari interaksi-interaksi itulah saya kemudian ikut liqo. Pertama kali liqo dengan Ustadz Adison Atia, lalu Ustadz Ikhsan, dan Pak Suyadi. Seterusnya hingga sekarang,” urai pria berpostur tinggi besar ini.

Di tengah kepahitan hidup, ia merasakan indahnya bertemu saudara-saudara seiman seperjuangan. “Saya yang orang rantau ini jadi punya banyak saudara. Tambah ilmu, tambah saudara. Bahagia sekali bisa ketemu orang-orang soleh ini,” ujar Pahlawan.

Tahun 2004 ia mulai terlibat di partai, bahkan kemudian diamanahi menjadi Ketua DPC PKS Pardasuka, lalu Ketua DPC PKS Bulok. Tahun 2009 Pahlawan dipercaya menjadi Sekretaris Umum DPD PKS Tanggamus, mendampingi Ketua Umum DPD Heni Susilo, hingga sekarang. Pemilu 2009 juga mengantarnya menjadi anggota legislatif DPRD Tanggamus yang dilanjutkannya pada periode 2014-2019 ini.

Bergelut dengan medan dakwah di daerah, menurut Pahlawan banyak tantangannya. Sebagian yang diingatnya antara lain saat kurang lebih setahun menjadi murobbi bagi 15 nelayan di Pekon Pantai Harapan Kecamatan Kelumbayan. “Tempatnya jauh. Dan menuju ke sana harus melewati sungai yang jika airnya naik (meluap, red.) itu motor harus dipanggul supaya bisa nyebrang sungai. Dan setiap ke sana praktis harus menginap,” kisah Pahlawan.

“Pernah juga tiap jadi muwajih taklim struktur di Pekon Penyandingan, juga di Kecamatan Kelumbayan, itu kita harus ke puncaknya yaitu Dusun Talong. Jalannya jelek dan sangat berbahaya, hanya bisa lewat motor GL Pro. Ada tanjakan yang kita beri nama ‘Tanjakan Masya Allah’ dan jadi ‘makanan’ kita selama setahun,” urainya sambil tertawa. Tak pelak jatuh, terluka, patah tangan, dan kaki pernah dialami Pahlawan bersama para da’i blusukan di Kabupaten Tanggamus ini.

Namun kesulitan-kesulitan berdakwah di medan yang demikian sulit tak membuat Pahlawan gentar untuk terus berdakwah melalui Partai Keadilan Sejahtera. Semoga hingga seterusnya dapat menjadi "pahlawan" bagi umat. Aamin. [de]
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2014-2016. Warta Lubeg - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger - E-mail: wartalubeg1@telkomsel.blackberry.com - PIN BB 25C29786