Pemprov telah menyerahkan rencana APBD 
sesuai jadwal. Tapi, pembahasannya lambat, bainsuik bak umang-umang. 
Perjalanan dinas anggota DPRD sungguh padat dan rapat. Tiap-tiap wilayah
 seperti ingin dijajakinya. Ujung-ujungnya, apalagi kalau bukan duit. 
Pemilu telah dekat.
 
Giliran ada waktu, Sekda pula yang didiktenya. Katanya, Sekda saja tak 
cukup. Karena ia tak bisa mengubah apa-apa, mesti langsung gubernur. Ini
 disampaikan sekaligus protes terhadap rencana gubernur keluar negeri.
 
Gubernur pergi bersenang-senang meninggalkan tugasnya. Tapi kalau dewan 
jalan-jalan, itu murni tugas! Gubernur menyalahi aturannya sendiri untuk
 berhemat.
Untung, Gubernur Irwan Prayitno pernah 
menjadi anggota DPR tiga periode. Jadi, dia hafal betul “isi perut” 
kebanyakan anggota dewan kita. Sekolahnya, paling panjang pula, kendati 
rambutnya lebat, tak licin seperti kesan profesor. Kepala terkesan 
profesor, belum tentu profesor.
 
Gubernur Irwan terbilang sabar. Kadang didikte oleh hal-hal sepele. Soal
 survei masalah, dia juga yang ditembak. Bantuan sosial dan dana hibah, 
itu langganan kritik. Dibentur-benturkan dengan aturan Mendagri. 
Kehabisan akal, dana safari dakwah PKS yang disebut.
 
Dana ini seperti tukak. Irwan menulis, Allah Itu Ada (Singgalang, 1/3/13). Polisi mestinya mengusut tuntas.
Pada masanya, Gamawan Fauzi juga pernah berang terhadap anggota dewan. Puncaknya, mungkin tak hanya muak, tapi muntah melihat kelakuannya. Tentu saja Gamawan selalu unggul berpolemik dengan anggota dewan. Irwan, jangankan menang, podo pun rada sulit menyebutnya.
 
Pada masanya, Gamawan Fauzi juga pernah berang terhadap anggota dewan. Puncaknya, mungkin tak hanya muak, tapi muntah melihat kelakuannya. Tentu saja Gamawan selalu unggul berpolemik dengan anggota dewan. Irwan, jangankan menang, podo pun rada sulit menyebutnya.
Padahal, prestasinya di mana-mana. Penghargaan tiap sebentar. Dikritik, 
penghargaan tak dirasakan manfaatnya di masyarakat, dia cuek. Jalan 
terus. Ada pula pamong senior seperti ingin mensinyalir bahwa 
penghargaan itu bisa dibeli. Ini sama saja dengan menuduh Presiden kita 
bisa dibeli, karena penghargaan itu juga ada dari Presiden. Mungkin soal
 itu dia lebih berpengalaman.
 
Anggota dewan ingin pokok-pokok pikirannya masuk dalam APBD. Pemprov 
berasumsi pokok-pokok pikiran anggota dewan itu bukan kewenangan 
Pemprov. Malah tak sedikit yang tak matang. Kalau bermasalah, Pemprov 
kena, anggota dewan aman-aman saja. (Singgalang, 21/11).
 
Kini, semua uang dalam APBD itu sudah habis dibagi. Konon, proposal 
anggota dewan masih banyak yang belum masuk. Apalagi, ini APBD terakhir 
bagi anggota dewan untuk periode ini. Yang tetap duduk, top. Yang tidak,
 gigit jari. Tak sedikit yang hilang, tak tahu lagi rimbanya.
Bila APBD 2014 tak disahkan juga, agenda pembangunan otomatis bisa terhenti. Seluruh rakyat akan merugi. Apalagi gaji pegawai juga di situ. Gubernur bisa saja mengeluarkan Pergub seperti APBD Solok Selatan dulu yang juga mentok. Ada kuat ini jelas merugikan rakyat. (*)
Erizal
Singgalang 7 Desember 2013 
 


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Posting Komentar