Dunia Kecam Keras Myanmar

Sabtu, 26 November 20160 komentar

Militer Diduga Lakukan Pembersihan Etnis Rohingya 

DHAKA, JUMAT — Dugaan terjadinya genosida atas warga Rohingya di Negara Bagian Rakhine menyulut unjuk rasa di sejumlah kota besar di Asia. Langkah itu memicu tekanan internasional kepada otoritas Myanmar untuk segera menghentikan kekerasan di Rakhine. 

Di Dhaka, Jumat (25/11), sekitar 5.000 pengunjuk rasa turun ke jalan memprotes kekerasan yang dilakukan tentara Myanmar atas warga Rohingya. Tindakan serupa dilakukan ratusan aktivis hak asasi manusia (HAM) di Jakarta, Kuala Lumpur, dan Bangkok. Mereka menuduh Myanmar telah melakukan pembersihan etnis di Rakhine.

Di tengah hujan deras, sekitar 500 warga Malaysia dan Rohingya membentangkan spanduk mengecam genosida di Rakhine. Abu Tahir (60), warga Rohingya, mengatakan, dua tahun lalu ia terpaksa meninggalkan keluarganya dan melarikan diri dari Rakhine. Warga Rohingya, tuturnya, diperlakukan seperti binatang dan dibunuh.

Otoritas Malaysia pun meminta Pemerintah Myanmar segera menghentikan kekerasan. Kementerian Luar Negeri Malaysia disebutkan akan memanggil Duta Besar Myanmar di Kuala Lumpur dan Menteri Luar Negeri Anifah Aman dijadwalkan segera menggelar pertemuan dengan pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, serta sejumlah pejabat Myanmar.

Di Jakarta, para pengunjuk rasa mendesak Pemerintah Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Myanmar. Mereka pun menuntut agar hadiah Nobel Perdamaian yang diterima Suu Kyi dicabut.

Senin lalu, Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri, memanggil Duta Besar Myanmar di Jakarta. Berbeda dari tuntutan pengunjuk rasa itu, Menlu Retno yang telah berkomunikasi dengan mitranya, Menteri Muda Urusan Luar Negeri Myanmar, justru siap berbagi pengalaman untuk menyelesaikan persoalan kekerasan di Rakhine. Indonesia mendorong pengembangan dan pembangunan yang inklusif di Rakhine.

Mengenaskan

Dalam catatan Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR), sejak 2012, lebih dari 120.000 warga Rohingya mengungsi. Tahun ini, sekitar 30.000 warga Rohingya kembali mengungsi, sebagian di antaranya lari ke perbatasan dengan Banglades. Sejak kekerasan meletus minggu lalu, setidaknya 86 orang lainnya dikabarkan tewas..

Kepala UNHCR John McKissick mengatakan, Myanmar terlibat pembersihan etnis. Warga Rohingya ditembaki saat mencoba melarikan diri. Mereka yang selamat membawa kisah mengerikan tentang pemerkosaan, penyiksaan, dan pembunuhan sistematis oleh tentara Myanmar. Situasi itu telah menempatkan warga Rohingya dalam kondisi sangat mengkhawatirkan.

"Respons dari tentara untuk serangan terhadap pasukan keamanan enam minggu lalu jauh melampaui apa yang diperlukan dan proporsional. Alih-alih menyelidiki dan menangkap tersangka tertentu, tentara melakukan operasi sebesar hukuman kolektif," kata Champa Patel, Direktur Amnesty International untuk Asia Selatan.

Sejauh ini, otoritas Myanmar mengatakan, mereka tengah menggelar penyelidikan atas kasus di Rakhine.

(AFP/Reuters/JOS)

Sumber: Kompas, 26 November 2016 
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2014-2016. Warta Lubeg - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger - E-mail: wartalubeg1@telkomsel.blackberry.com - PIN BB 25C29786