Hidayatullah.com–Perpecahan di tubuh umat Islam seringkali diawali dengan sikap ashabiyah alias fanatik terhadap kelompoknya. Antar harakah Islam atau ormas Islam saling mengklaim kelompoknya yang paling benar, sementara kelompok lain banyak salahnya.
Padahal, setiap harakah Islam punya tujuan sama yakni 
tegaknya dakwah Islam. Dalam menengak dakwah Islam ini, tentunya setiap 
harakah Islam punya ciri khas yang berbeda dengan harakah Islam lainnya.
Di tengah fitnah perpecahan kalangan Ahlus Sunnah nasihat guru Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Jawa Timur Ahmad Dairobi tiba-tiba menyentak kalangan Muslim di Indonesia.
Seminggu ini, ‘nasehat ukhuwah’ Ahmad Dairobi ini menggelinding secara viral di media sosial, termasuk menjadi pembicaraan hangat di berbagai grup WhatsApp dan BBM broadcast message. Berikut nasihatnya:
“Diam-diam ternyata saya menyukai semangat FPI dalam memberantas 
kemunkaran. Saya tahu, kadangkala ada yang salah dalam aksi mereka. 
Namun, kesalahan mereka tidaklah seberapa dibanding kesalahanku yang 
takut dan tak peduli dengan kemunkaran yang merajalela.
Diam-diam ternyata saya menyukai semangat dan ketulusan Jamaah 
Tabligh dalam meramaikan salat berjemaah di masjid. Saya tahu, 
kadangkala ada yang salah dalam tindakan sebagian mereka. Namun, 
kesalahan mereka tidaklah seberapa dibanding kesalahanku yang tidak 
melakukan apa- apa saat tetanggaku banyak yang tidak salat.
Diam-diam ternyata saya menyukai semangat Hizbut Tahrir dalam 
membangun khilafah. Saya tahu, ada yang salah dalam sebagian konsep 
khilafah mereka. Namun, kesalahakanku yang tak mau berbuat apa-apa untuk
 penegakan syariat Islam, jauh lebih besar daripada kesalahan mereka.
Diam-diam ternyata saya menyukai cara berpolitik orang-orang PKS.
 Saya tahu, mereka banyak dihuni oleh tokoh-tokoh di luar Nahdlatul 
Ulama; dan yang namanya partai politik pasti cukup banyak kesalahan 
oknum mereka. Namun, kesalahan mereka tidaklah seberapa dibanding 
kesalahanku memilih partai yang cenderung sekuler dan anti penerapan 
syariat Islam.
Bahkan, diam-diam ternyata saya juga suka dengan keberanian 
Al-Qaidah dalam melawan kezaliman politik Amerika dan Israel. Aku tahu, 
mereka melakukan beberapa kesalahan, tapi kesalahanku yang tidak peduli 
dengan nasib umat Islam jauh lebih besar daripada kesalahan mereka.
Dan, dengan terang-terangan saya menyatakan sangat mengagumi 
Nahdlatul Ulama. Yakni, NU yang sesuai dengan pandangan Hadratussyekh 
Kiai Hasyim Asy’ari. Bukan NU yang menjadi kendaraan politik. Bukan NU 
yang dipenuhi kepentingan pragmatis. Bukan NU yang menjadi pembela Syiah
 dan Ahmadiyah. Bukan NU yang melindungi liberalisme. Dan, bukan NU yang
 menjadikan Rahmatan Lil Alamin sebagai justifikasi untuk 
ketidakpeduliannya terhadap perjuangan penegakan syariat,” demikian tulisnya.
Saat dihubungi hidayatullah.com,
 Ahmad Dairobi mengakui jika tulisan itu pertama kali ia tulis melalui 
akun Facebooknya pada 23 November 2014. Namun ia tak menyangka tulisan 
itu menjadi pembicaraan masyarakat.
“Niat saya, agar antar gerakan Islam saling menjaga ukhuwah. Jangan 
sampai ashobiyyah dan fanatik buta pada organisasi masing-masing menutup
 pintu kebaikan kelompok lain, “ ujarnya, Selasa (25/11/2014) siang.*
Sumber: hidayatullah.com 25 November 2014 
“Pesan Ukhuwah” Guru Sidogiri Menjadi Viral di Media Sosial
Kamis, 27 November 20140 komentar
Label:
Politik
 


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Posting Komentar