Agar Tetap Sejahtera

Minggu, 27 April 20140 komentar

Seberapa berat perjuangan Anda untuk mencapai kondisi finansial saat ini? Mungkin merupakan perjuangan puluhan tahun. Namun boleh jadi, ada juga yang merasakan kesejahteraan karena kebetulan sudah terlahir sebagai keluarga kaya raya. Kendati begitu, kenyamanan yang Anda rasakan saat ini, dari mana pun asal-usulnya, belum tentu akan langgeng. Kenapa begitu?

Sebagian orang mengalami perubahan gaya hidup, seiring dengan perubahan kemampuan finansial. Pendapatan meningkat, kerap kali akan diikuti dengan pengeluaran yang lebih besar lagi. Malah, sering kali, pendapatan meningkat 15 persen, tetapi pengeluaran meningkat 30 persen, khususnya untuk yang bersifat konsumtif. Alhasil, yang bersangkutan kelihatannya ”bertambah kaya”, tetapi dalam realitasnya, bisa saja semakin miskin. Kenapa? Karena sisa pendapatan yang ditabung jumlahnya menjadi lebih sedikit, sebagai akibat pengeluaran yang semakin besar.

Apa contohnya? Penggunaan kartu kredit, misalnya. Biasanya, sejalan dengan peningkatan pendapatan, maka pergaulan mulai makin ”ke atas”. Kalangan yang disebut sebagai ”kelompok atas” itu biasanya suka membelanjakan uang untuk hal yang bersifat konsumtif. Nah, orang-orang yang mulai mengalami peningkatan pendapatan biasanya juga akan ikut serta dalam perilaku tersebut. Dan, salah satu caranya adalah berbelanja menggunakan kartu kredit.

Ironisnya, si pengguna kartu lebih kerap berbelanja bukan karena kebutuhan, melainkan karena faktor lingkungan, ”bisikan”, dan agar tetap dianggap memiliki kapasitas keuangan yang mentereng, seperti teman-temannya di lingkungan sosial yang baru. Akibatnya, banyak barang-barang yang dibeli bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan, melainkan menjadi alat koleksi dan gengsi saja. Konsekuensinya, pengeluaran setiap bulan meningkat sangat besar, dibandingkan dengan pendapatan yang mungkin kenaikannya tidak seberapa.

Tentu saja, dalam waktu yang panjang, perubahan perilaku seperti itu akan berdampak negatif terhadap kondisi keuangan seseorang. Bukan tidak mungkin malah akan memupuk utang, yang suatu ketika bisa menggerus aset yang telah dimiliki. Konkretnya, yang bersangkutan bukan bertambah kaya, melainkan malah berkurang hartanya dan bisa menjadi miskin kembali. Oleh karena itu, tentu tidak ada seorang pun yang sudah susah payah mengumpulkan aset, kemudian hilang begitu saja karena perubahan perilaku.
Pencegahan
Lantas bagaimana cara mencegahnya? Pertama, belanja sesuai kualitas dan kebutuhan. Coba cermati perilaku belanja Anda selama ini. Cek, berapa persen dari pengeluaran untuk belanja tersebut yang benar-benar karena kebutuhan dibandingkan keinginan. Sebut saja, pengeluaran untuk makan minum rumah tangga, bayar tagihan listrik air, transportasi, dan kebutuhan primer lainnya. Boleh jadi, hanya sebagian kecil dari total pengeluaran Anda.

Banyak profesional dan kalangan yang masuk dalam kategori ”kelas menengah” mengakui hal tersebut. Oleh karena itu, kalau Anda ingin kualitas hidup Anda secara keuangan bisa langgeng, maka suka tidak suka, kembalikan pola belanja Anda hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan. Namun, bukan berarti belanja kemudian asal-asalan. Banyak kalangan terkecoh untuk membeli barang murah dengan alasan berhemat. Padahal dalam realitasnya, belanja hemat berbeda dengan belanja berkualitas. Jadi, membeli barang tetap harus berdasarkan kualitas yang baik, tetapi hanya terhadap barang-barang yang dibutuhkan.

Kedua, cek pengeluaran kecil. Tidak sedikit dari orang-orang yang mengalami kenaikan pendapatan, mulai tidak peduli terhadap pengeluaran-pengeluarannya. Khususnya yang tidak besar. Padahal, kalau pengeluaran yang dianggap kecil itu dikumpulkan, bisa jadi jumlahnya akan cukup besar. Kenapa ini terjadi? Karena pengeluaran tersebut jika dihitung jumlahnya mungkin tidak berarti tatkala dibandingkan dengan pendapatan. Namun jangan lupa, berapa kali sehari, sepekan, dan bahkan sebulan, pengeluaran kecil tersebut terjadi. Coba jumlahkan. Hasilnya, boleh jadi akan mencengangkan Anda.

Ketiga, jangan belanja sebelum punya uang. Inilah jenis ”penyakit” yang kerap melanda ”OKB” alias orang kaya baru, atau orang-orang yang mengalami peningkatan pendapatan. Keinginan untuk ”diakui” sebagai orang kaya mengakibatkan perilaku belanja menjadi tidak terkontrol. Mengganti semua barang dengan barang-barang bermerek. Mulai dari pakaian, perabot rumah tangga, hingga mobil. Padahal, kenaikan pendapatan tidak merupakan akumulasi, melainkan persentase saja secara bulanan. Namun, keinginan berbelanja bersifat akumulasi. Akhirnya yang terjadi adalah penumpukan utang. Karena belanja dengan cara utang. Akhirnya, setiap bulan malah mengalami defisit karena penghasilan yang diterima akan habis untuk membayar cicilan utang.

Keempat, siapkan hari tua. Persoalan lain yang kerap dihadapi oleh orang-orang yang pendapatannya mengalami peningkatan adalah munculnya percaya diri yang berlebihan. Seolah-olah pendapatan akan langgeng. Padahal, manusia pasti akan tua, pasti tidak akan produktif lagi. Lalu bagaimana membiayai hidup di kala tidak produktif? Ini yang sering dilupakan.

Kalangan tersebut tidak memikirkan untuk membeli produk asuransi sebagai jaminan hari tua. Merasa akan memiliki tabungan yang cukup. Padahal, boleh jadi perilaku menabung malah menghilang seiring dengan meningkatnya perilaku konsumtif. Oleh karena itu, agar tetap sejahtera di hari tua, tidak ada solusi lain kecuali menyiapkannya sejak usia muda. Persiapan itu bisa dilakukan dengan cara investasi berkala atau mengikuti program dana pensiun yang banyak dijual di pasar dan atau melalui lembaga yang disebut sebagai BPJS-Ketenagakerjaan.

Di luar hal-hal yang diutarakan di atas, sesungguhnya masih banyak aspek lain yang mesti dilakukan jika tidak ingin masuk dalam kategori ”kaya di usia muda, sengsara di kala tua”. Beberapa hal di antaranya adalah menyiapkan dana darurat, hanya membayar untuk hal-hal yang bermanfaat, jangan berutang dengan saudara/teman dan lain sebagainya. Selamat mencoba.

Sumber: Kompas 27 April 2014
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2014-2016. Warta Lubeg - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger - E-mail: wartalubeg1@telkomsel.blackberry.com - PIN BB 25C29786