Membatasi Jumlah Penduduk

Jumat, 24 Januari 20140 komentar

ELFINDRI
Profesor Ekonomi SDM Unand dan Ketua Koalisi Kependudukan Sumatra Barat

Jika pembaca melihat film pendek di BBC Knowledge, salah satu tayangannya kira- kira bertemakan tentang berapa dunia sanggup menam pung penduduk? Salah satu isinya disampaikan bahwa setiap satu detik lahir di dunia dua orang bayi, sebanyak 200 ribu penduduk bertambah per hari, dan 70 juta orang per tahun.

Dengan demikian, pada tahun ter - akhir, diperkirakan planet Bumi ini dihuni oleh 6,8 miliar penduduk. Bahkan hingga tahun 2050, masih diperkirakan akan terjadi penambahan sebanyak 2,3 miliar penduduk. Pertambahan penduduk terjadi pada negara/daerah atau war ga miskin. Berita itu memperlihatkan bahwa krisis pada masa yang akan datang adalah energi, makanan, dan air minum sudah dirasakan sebagai akibat dari jumlah penduduk yang berlebihan.

Diberitakan juga bahwa jumlah air minum yang tersedia sebanyak 2,5 per - sen, bahkan air yang layak diminum sekarang diperkirakan tersisa sekitar satu persen dari jumlah komposisi air yang ada. Mutu lingkungan semakin buruk dan bahkan banjir di berbagai daerah, baik perdesaan dan perkotaan, adalah sebagai akibat dari berkurangnya daya resap lahan akibat batang kayu sudah ditebang dan lahan yang seharusnya menjadi resapan sudah penuh dengan gedung-gedung serta perumahan.

Karena itu, diyakini pada masa de - pan, peperangan bukan karena minyak dan energi lagi, melainkan justru akan disebabkan memperebutkan air yang semakin langka.

Berapa anak cukup?

Bahaya ledakan penduduk sudah sangat jelas. Jika pada 1980, Cina sudah mendeklarasikan \"one child family plan - ning\" (satu anak cukup), Indonesia saat se karang mencanangkan dua anak cu - kup.
Pada 1990 sewaktu implementasi one child family planningdi Cina, banyak yang menentang ideologi kebijakan ke - pendudukan. Di antaranya adalah ba - nyak nya hak asasi manusia yang ter - lang gar, termasuk kehilangan bayi yang lahir akibat dari penerapan kebijakan itu. Bagaimanapun kritikan berjalan, Cina terus menerapkan kebijakan di ma - na akhirnya pada saat sekarang kebijak - an tersebut membuat penduduk Cina bisa terkendali. Cina diperkirakan men - jadi negara terbesar nilai tambah produk barang dan jasanya, serta negara yang cepat masuk ke negara berpendapatan tinggi.

Setelah melihat data kependudukan dalam 10 tahun terakhir, karena ketidak - pastian sikap Indonesia, dirasa hasil Sen sus Penduduk 2010 mencengangkan semua pihak. Angka kelahiran Indonesia (total fertility rate) sekitar 2,6 persen yang sama kondisinya dibandingkan dengan 10 tahun lalu. Angka ketidakter - layanan PUS yang ingin ber-KB, unmeet need, meningkat dari 11 persen pada 2002, menjadi 13 persen pada 2012. Oleh karenanya, tidak salah kita menyatakan sebaiknya dua anak cukup merupakan se buah keputusan yang tidak dapat di - tawar.

Mengapa? Mengingat semakin berku - rang nya carrying capacitydunia. Rasio penduduk dan lahan menunjukkan se - ma kin menurun. Jumlah lahan produktif berkurang secara signifikan. Sekiranya cuaca dan pemanasan global berkelan - jutan, kita dapat menyaksikan banyak - nya dampak dari persoalan lingkungan dan mutu Bumi juga semakin menurun.

Namun, yang lebih dari itu ada dua hal. Pertama, biaya per anak menunjuk - kan semakin meningkat. Dulu, sekiranya seorang ibu memiliki empat atau enam anak, semua bisa masuk ke sekolah kare - na untuk mendapatkan jenjang pendi - dik an sangat murah, kurang perlu biaya transportasi, karena bisa berjalan kaki ke sekolah, dan buku tersedia. Sekarang jika kita ingin mengirim anak ke jenjang pendidikan yang lebih baik dan bermu - tu, biayanya mahal.

Sekiranya anak ingin masuk ke da lam jenjang pendidikan hingga SLTA, jelas kemampuan pemerintah tidak akan mudah secepat itu meningkatkan penye - diaan biaya pendidikan. Sekiranya jum - lah anak banyak, jelas, banyak komplain orang tua terhadap pendidikan. Keper - luan akan nonfoodmeningkat tajam, khu - susnya untuk keperluan energi, pe ru - mahan, transportasi, dan cicilan utang.

Dengan demikian, dapat dipastikan memiliki anak yang relatif sedikit dan bermutu jauh lebih diharapkan diban - dingkan jumlah anak yang lahir tanpa te rencana.

Bahaya di balik Jampersal

Jampersal memungkinkan masyarakat miskin tidak membayar waktu melahirkan sampai anak ketiga. Dengan be gitu, dalam praktiknya justru kebijakan ini baik dari sisi memberikan akses dan kepastian layanan kehamilan serta melahirkan. Sebaliknya, menjadi kontra produktif untuk kebijakan yang berkaitan dengan pengurangan angka kelahiran.

Jika 15 persen saja biaya Jampersal diarahkan kepada masyarakat miskin, sisanya berpotensi mengikuti mekanisme pasar. Dalam arti ketika kelompok masyarakat tidak miskin ingin menggunakan kontrasepsi, mereka akan memperolehnya dengan mekanisme pasar.

Bayangkan saja biaya implan dan pemasangannya bisa mencapai sekitar Rp 500 ribu. Sementara, biaya beli dan pemasangan IUD bisa mendekati Rp 2 juta per pemasangan. Jumlah yang memungkinkan kelompok yang masih ragu ikut keluarga berencana untuk menunda penggunaan kontrasepsi dan hal ini akan dapat memicu kembali kenaikan angka kelahiran.

Oleh karenanya, sebaiknya pemerintah segera menyusun skimkebijakan di mana kontrasepsi sebaiknya mendapatkan subsidi penuh untuk PUS. Subsidi kon trasepsi jauh lebih penting ketim - bang subsidi BBM karena berimplikasi pada jangka panjang.

Penyediaan kontrasepsi sangat diperlukan sampai menjangkau kelompok PUS yang selama ini menjadi sulit dijangkau. Di antaranya adalah wanita yang secara geografis tinggal pada daerah yang sulit dijangkau. Misalnya, tinggal di daerah terpencil, daerah perkebunan, masyarakat pesisir, masyarakat pulau-pulau, dan sebagainya.

Pada kelompok masyarakat ini, program secara massal sebaiknya menjadi program prioritas yang dilakukan oleh pemerintah daerah. KB inklusif yang lahir dan dikembangkan di Sumatra Barat sebaiknya menjadi ikon dalam menanggapi lahirnya anak yang begitu banyak dan tidak terkendali. Semoga saja.

Sumber: Republika 24 Januari 2014
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2014-2016. Warta Lubeg - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger - E-mail: wartalubeg1@telkomsel.blackberry.com - PIN BB 25C29786