Ankara Meminta Maaf ke Rusia
ISTANBUL, SENIN —
Turki mulai menata ulang kebijakan luar negerinya. Setelah menormalisasi
hubungan diplomatik dengan Israel, Ankara meminta maaf kepada Rusia
atas penembakan jet tempur Rusia, tahun lalu. Alasan ekonomi dan
keamanan ikut melandasi Turki atas pilihan itu.
Langkah Turki tersebut merupakan upaya Presiden Recep Tayyip Erdogan memperkuat aliansi Turki sekaligus mengurangi isolasi negerinya dari komunitas global dalam tingkat tertentu. Normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel itu dilakukan setelah proses negosiasi beberapa tahun terakhir.
Normalisasi tersebut secara resmi dituangkan melalui penandatanganan kesepakatan oleh Feridun Sinirlioglu, pejabat Kementerian Luar Negeri Turki, di Ankara dan Direktur Jenderal Kemlu Israel Dore Gold, di Jerusalem, Selasa (28/6).
"Dengan kesepakatan ini, kerja sama ekonomi kedua negara akan diperbaiki," kata Erdogan. Ucapan itu seiring dengan pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu soal efek positif bagi ekonomi negerinya hasil kerja sama dengan Turki.
Dengan kesepakatan itu, Turki bisa memasok bantuan ke Jalur Gaza, sedangkan Israel bisa mengeksplorasi jalur pipa gas ke Turki, sekaligus membuka jalan pemasaran ke Eropa.
Erdogan juga menyatakan, Turki menginginkan normalisasi hubungannya dengan Moskwa. "Saya percaya, kami akan menormalisasi hubungan kami dengan Rusia dengan cepat, dengan mengakhiri kondisi yang ada saat ini yang sejatinya tidak dikehendaki kedua pihak," katanya, menunjuk situasi kedua negara pasca insiden penembakan jet tempur Rusia, tahun lalu.
Pihak Kremlin sebelumnya mengungkapkan, Erdogan telah meminta maaf kepada Presiden Rusia Vladimir Putin atas insiden tersebut. Juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin, mengonfirmasi, Ankara telah mengirim surat kepada Putin meski dia tidak menyebut secara eksplisit bahwa surat itu berisi permintaan maaf. Kalin hanya menyatakan, Erdogan mengungkapkan penyesalannya dan meminta keluarga pilot pesawat Rusia yang tewas untuk memaafkan Turki.
Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, Selasa kemarin, menyebut permintaan maaf Turki sebagai langkah "yang sangat penting". Namun, upaya memperbaiki hubungan tidak akan terjadi hanya dalam satu malam.
Hari Rabu ini, Putin dijadwalkan bakal menelepon Erdogan. Hal ini merupakan pembicaraan di antara keduanya yang pertama kali sejak insiden penembakan jet tempur Rusia.
Mengurangi musuh
Seusai dilantik bulan lalu, Perdana Menteri Turki Binali Yildrim menyatakan, Turki membutuhkan lebih banyak teman dan mengurangi musuh. "Sepertinya Turki tengah mengukur ulang prioritasnya dalam hal kebijakan luar negeri. Kondisi politik riil melampaui pertimbangan ideologis," kata Brenda Shaffer, profesor tamu di Georgetown University sekaligus fellow di Atlantic Council.
(AP/AFP/REUTERS/BEN)
Sumber: Kompas, 29 Juni 2016
Posting Komentar