“Penghargaan kali ini
tidak lepas dari dukungan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno. Ini prestasi
beliau, hingga 15 kabupaten/kota berhasil mengeliminasi daerahnya dari
malaria,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Rosnini Savitri, Minggu
(27/4).
Sebelumnya, gubernur juga berhasil meraih penghargaan
bidang kesehatan Ksatria Bhakti Husada dan penghargaan untuk kelompok
kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL). Selain Sumbar,
provinsi lainnya juga meraih penghargaan sama.
Namun dari sekian banyak provinsi, hanya Sumbar yang
paling banyak daerahnya tereliminasi dari malaria. Disebutkan Rosnini,
upaya mengeliminasi malaria di Sumbar sudah dimulai sejak tahun 2006
silam. Dan hasilnya baru terlihat setelah 8 tahun kemudian. “Hasil yang
kami harapkan memang belum paripurna, sebab masih terdapat empat daerah
yang belum bebas malaria,” terang Rosnini.
Empat daerah yang belum bebas malaria adalah, Pesisir
Selatan, Sawahlunto, Payakumbuh dan Kabupaten Mentawai. Penyerahan
penghargaan bertepatan dengan Hari Kesehatan se-dunia dan Hari Malaria.
Penghargaan Sertifikat Eliminasi Malaria, yang diserahkan Sabtu (26/6)
di Jakarta, diterima Bupati Sijunjung Yusirwan Arifin.
Dijelaskan Rosnini, meski telah mampu mengeliminasi
malaria bukan berarti tidak ada penemuan kasus malaria di daerah ini.
Namun yang dimaksud adalah, kasus malaria yang muncul di bawah 1/1000
penduduk. Disamping itu tidak ada penularan setempat, yaitu penyakit
malaria yang diderita penduduk daerah itu, tetapi malaria yang dibawa
dari daerah lain.
Sementara, Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboi, pada
kesempatan itu menyatakan bahwa eliminasi Malaria adalah komitmen global
yang disepakati pada Sidang Majelis Kesehatan Sedunia atau World Health
Assembly (WHA) 2007. Mengutip data World Malaria Report 2012, dari 104
negara endemis malaria, terdapat 79 negara yang diklasifikasikan berada
dalam fase pemberantasan Malaria, 10 negara dalam fase pre-eliminasi dan
10 negara lainnya sudah berada dalam fase eliminasi.
Indonesia bertekad kuat mencapai eliminasi malaria.
Mulai 2007, Indonesia secara bertahap akan mencapai eliminasi Malaria.
Selambat-lambatnya pada 2030, Indonesia ditargetkan mencapai tahap
eliminasi atau bebas malaria. “Keberhasilan ini merupakan bukti bahwa
kita mampu mengeliminasi malaria dari wilayah Indonesia. Saya yakin, di
tahun mendatang secara bertahap satu demi satu wilayah di Indonesia akan
bebas dari malaria,” ujar Menkes.
Menkes mengatakan, masalah malaria merupakan masalah
yang kompleks. Hal ini dikarenakan bahwa penyebaran malaria berkaitan
dengan masalah lingkungan, perubahan iklim, mobilitas penduduk dan
perilaku masyarakat.
“Karena itu, eliminasi malaria harus melibatkan semua
komponen masyarakat, dilakukan secara persisten dan terus-menerus, serta
diarahkan pada sasaran yang tepat agar memberi hasil optimal,” kata
Rosnini.
Dalam lima tahun terakhir, Angka Kesakitan Malaria atau
Annual Paracite Incidence (API) telah berhasil diturunkan dari 1,96 per
1000 penduduk (2008) menjadi 1,69 per 1000 penduduk (2012). Upaya keras
sangat dibutuhkan agar Indonesia dapat menurunkan angka API sesuai
dengan target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu 1 per 1000
penduduk. Data menunjukkan, sebanyak 17 dari 33 Provinsi yang memiliki
nilai API < 1 per 1000 penduduk. Selanjutnya, 10 Provinsi lainnya
memiliki nilai API diantara 1-5 per 1000 penduduk. Sementara 6 Provinsi
lainnya, memiliki nilai API > 5 per 1000 penduduk, bahkan ada
provinsi yang memiliki nilai API > 50 per 1000 penduduk.
Penyerahan sertifikat Eliminasi Malaria merupakan salah
satu kegiatan dari rangkaian Puncak Peringatan Hari Kesehatan Dunia
tahun 2014. Melalui Hari Kesehatan Dunia, kewaspadaan terhadap penyakit
berbasis lingkungan salah satunya vector borne diseases (penyakit yang
ditularkan melalui vektor binatang) semakin penting untuk ditingkatkan
di tengah isu penyakit degeneratif yang sudah mulai masif di masyarakat.
Karena kewaspadaan terhadap re-emerging diseases (penyakit lama yang
muncul kembali) salah satunya penyakit akibat vektor binatang masih juga
menjadi masalah di negara berkembang seperti Indonesia. Hal inilah
rupanya yang mendasari World Health Organization atau WHO mengambil tema
vector borne diseases sebagai tema peringatan hari kesehatan sedunia
tahun 2014.
posmetropadang.com 28 April 2014
Posting Komentar