10.000 Warga Rohingya Tinggalkan Rakhine

Selasa, 28 Oktober 20140 komentar

YANGON, SENIN — Situasi yang makin mengkhawatirkan di wilayah Rakhine, Myanmar, akhirnya mendorong warga Muslim Rohingya melarikan diri atau meninggalkan Rakhine. Diperkirakan, sekitar 10.000 orang dengan menumpang perahu keluar wilayah tersebut dalam dua pekan ini.

Jumlah perahu yang meninggalkan Rakhine utara melonjak drastis dalam dua minggu terakhir. Di Rakhine, ratusan ribu warga komunitas Rohingya terisolasi. Menurut Arakan Project—kelompok pembela hak asasi warga Rohingya—dalam satu hari ada sekitar 900 warga yang meninggalkan Rakhine dan melakukan perjalanan keluar Rakhine melalui jalan laut.

”Jumlah mereka yang melarikan diri dari Rakhine ini tak pernah terjadi sebelumnya, sangat masif,” kata Direktur Arakan Project Chris Lewa, Senin (27/10).

Lonjakan jumlah warga yang meninggalkan Rakhine terlihat pada akhir musim hujan ini. Lonjakan diperkirakan karena otoritas Myanmar makin represif ditambah kekhawatiran bahwa pihak berwenang sedang merencanakan untuk tidak memberikan kewarganegaraan kepada warga minoritas tersebut.

Menurut Chris Lewa, banyak warga Rohingya memutuskan bahwa tak ada guna lagi tetap bertahan hidup di Rakhine. Lewa mengatakan, sekitar 100.000 orang telah pergi meninggalkan Myanmar barat melalui jalur laut sejak Juni 2002 ketika terjadi konflik antara warga penganut Buddha dan komunitas Muslim Rohingya. Konflik ini menyebabkan jatuhnya korban tewas sebanyak 200 orang dan 140.000 orang terpaksa hidup di pengungsian. Umumnya mereka adalah warga Rohingya.
 
Menuju Thailand

Perahu-perahu yang digunakan oleh para warga Rohingya tersebut umumnya tak laik untuk dipakai. Perahu tersebut berlayar menuju Thailand dan jaringan penyelundupan manusia pun makin terorganisasi.

Myanmar memandang warga Rohingya sebagai imigran yang berasal dari tetangga mereka, yakni Banglades, dan menolak memberikan kewarganegaraan kepada mereka. Ini membuat warga Rohingya sangat terbatasi dan tak bisa melakukan perjalanan, sulit mencari penghasilan, dan bahkan melaksanakan pernikahan.

Lewa mengatakan, warga lokal telah melaporkan mengenai penahanan yang sewenang-wenang dan menyebarkan ketakutan terkait kewarganegaraan itu. Setelah rancangan rencana aksi bocor, disarankan agar warga Rohingya menolak untuk diidentifikasi sebagai ”Bengali” agar tak dipaksa masuk ke kamp.

Namun, Pemerintah Rakhine menolak tudingan soal rencana aksi tersebut. ”Mereka telah menyebarkan informasi yang salah kepada kelompok mereka,” kata juru bicara Pemerintah Rakhine, Win Myaing. (AFP/LOK)

Sumber: Kompas 28 Oktober 2014
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2014-2016. Warta Lubeg - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger - E-mail: wartalubeg1@telkomsel.blackberry.com - PIN BB 25C29786