Mandela, Netanyahu, dan Palestina (II)

Selasa, 31 Desember 20130 komentar


Oleh Ahmad Syafii Maarif

Mengapa sampai-sampai es krim disebut-sebut, karena Bibi adalah penggemar berat es krim. Daripada menghormati kepergian Mandela, lebih baik Bibi menikmati es krim saja, sebuah sinisme yang telak. Tuan dan puan tentu akan geli mendengar alasan Bibi untuk tidak berangkat ke Afrika Selatan karena ongkos perjalanan yang mahal. Kasihan Bibi, tidak punya ongkos jalan, tetapi punya miliaran dolar untuk menghabisi Palestina.

Di antara puluhan tokoh dunia yang datang berkunjung untuk menghormati Mandela, termasuklah Presiden Palestina Mahmud Abbas dari sebuah negara setengah terjajah lagi miskin. Israel yang punya nuklir tidak bisa menanggung ongkos perjalanan Bibi ke Afrika. Bukankah sikap semacam ini adalah indikator dari seorang Bibi yang sesak napas dan bingung melawan opini dunia yang semakin tidak percaya terhadap Israel?

Resonansi ini sebenarnya telah melakukan kesalahan fatal yang disengaja. Sebab dalam perspektif kemanusiaan dan keadilan, menyebut Mandela dan Netanyahu dalam satu tarikan napas sungguh menyesatkan. Kedua orang ini tidak bisa disandingkan, apalagi dibandingkan.

Mandela adalah tokoh pendamai dengan dasar kemanusiaan yang sangat dalam dan universal. Disiksa dalam penjara selama 27 tahun, sikap kemanusiaan dasar ini tidak berubah, malah semakin kental. Semua musuh yang menyiksanya dimaafkannya.

Lalu Netanyahu? Orang ini hanyalah meneruskan pendahulunya dalam tindakan perampokan atas tanah Palestina dalam proses melenyapkan bangsa Palestina hingga tak seorang pun yang tersisa. Bukankah dahulunya seluruh wilayah Israel yang sekarang ini adalah milik bangsa Palestina? Gilad Atzmon yang mewakili nurani Palestina dengan berang menulis, "Hai Israel ... kalian sebenarnya hidup di atas tanah curian. Kalian lebih baik berkemas karena waktu kalian telah habis, kalian telah menguras kesabaran kami.
Kami, rakyat Palestina, tidak mau kehilangan lagi."

Gilad yakin betul pada suatu hari negara Zionis itu akan tumbang seperti rumah dari pasir. Sayang, negara-negara Arab yang jumlah penduduknya berlipat ganda dibandingkan dengan penduduk Israel tidak berdaya menghadapi negara rasis ekspansionis ini.

Dan lebih ironis lagi, rakyat Palestina pun masih terbelah, tetapi Gilad dalam pembelaannya atas kemerdekaan Palestina tidak terganggu oleh perpecahan ini. Rasa berang nya pada zionisme telah mengalahkan kekecewaannya atas perpecahan Palestina.

Di era apartheid yang dulu dilawan Mandela dengan seluruh energi spiritualnya, Israel malah bekerja sama dengan rezim rasis Afrika Selatan ini dalam upaya kemungkinan meledakkan bom nuklir di lautan India, dekat Afrika Selatan, seperti diimpikan oleh Arnon Milchan, taipan Zionis dan produser film di Hollywood. Negara rasis bertemu negara rasis, sama-sama bersahabat dalam pe tualangan rasisme. Oleh perjuangan gigih Mandela, rasisme di Afrika Selatan sudah tumbang, kapan rasisme Zionis mengikutinya?

Bukan hanya sampai di situ. Iran di bawah rezim Shahinsha Reza Pahlevi yang punya ambisi nuklir malah dibantu oleh Israel untuk merealisasikannya. Uri Avnery dalam the Palestine Chronicle (2 Desember 2013)
menulis, "Adalah sebuah ironi dalam sejarah karena Israel telah membantu Iran ke arah langkah penciptaan bom atom yang pertama."

Seorang Mandela dengan rasa kemanusiaannya yang teramat da-lam tidak mungkin bisa ditipu oleh kelakuan Zionis yang sering berhasil mengelabui publik dunia. Netanyahu menyadari ini semua. Oleh sebab itu, langkahnya menjadi sangat berat untuk mendekati jenazah Mandela dengan helah yang menjijikkan: ketiadaan ongkos jalan.

Akhirnya, kematian Mandela semestinya menyadarkan seluruh penduduk bumi bahwa segala bentuk rasisme adalah kanker kemanusiaan, kanker peradaban. Maka, pihak-pihak yang masih saja mendukung sebuah negara rasis berada dalam kategori biadab karena membiarkan akar kanker itu membunuh tubuh dan jiwa peradaban universal.

Sumber: Republika 31 Desember 2013
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2014-2016. Warta Lubeg - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger - E-mail: wartalubeg1@telkomsel.blackberry.com - PIN BB 25C29786