Situasi di Turki setelah upaya kudeta yang gagal, Jumat malam pekan
lalu, menampilkan pemandangan yang dramatis. Gerakan aksi sapu bersih
terhadap Gulenis-sebutan bagi loyalis dan simpatisan ulama Fethullah
Gulen-hingga Kamis (21/7), terus berlanjut pada semua lini secara masif.
Harian Al Quds al Arabi dan BBCArabic, Kamis, menyebut,
sudah sekitar 60.000 orang dari berbagai lembaga dan profesi ditangkap.
Rabu malam sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga
mengumumkan memberlakukan status darurat tiga bulan di Turki.
Situasi
dramatis tersebut dimulai dari langkah menggagalkan upaya kudeta hingga
aksi sapu bersih terhadap Gulenis. Semua itu diperankan dan digerakkan
figur bernama Hakan Fidan (48), Kepala Badan Intelijen Nasional Turki
(MIT).
Fidan dikenal sebagai tangan kanan dan pemegang rahasia
Erdogan. MIT yang dipimpinnya sangat loyal kepada Erdogan. Karena itu,
selain gedung parlemen, kantor pusat MIT langsung menjadi sasaran
gempuran para pelaku kudeta pada Jumat malam pekan lalu. Setelah upaya
kudeta itu gagal, Fidan pun menjadi orang kuat kedua di Turki setelah
Erdogan.
Dia orang pertama yang mencium bakal terjadi upaya
kudeta, beberapa jam sebelumnya. Para petinggi militer yang terlibat
upaya kudeta pun terpaksa memajukan waktu kudeta: dari Sabtu pukul 03.00
menjadi Jumat pukul 21.00, setelah tahu Fidan sudah mencium gerakan
mereka.
Fidan orang pertama yang menghubungi Erdogan di tempat
peristirahatannya, di kota pantai Marmaris, tentang adanya kudeta. "Saya
akan bertempur sampai mati untuk menggagalkan upaya kudeta," ujar Fidan
kepada Erdogan, malam itu.
Fidan juga yang menyampaikan ide agar
Erdogan berusaha dengan segala cara untuk bisa sesegera mungkin
berkomunikasi dengan rakyat dan meminta rakyat turun ke jalan menolak
kudeta itu. Beberapa saat setelah itu, berkat bantuan saluran televisi
CNNTurk, Erdogan berhasil berkomunikasi dengan rakyat dan menyerukan
agar turun ke jalan.
Respons rakyat yang begitu cepat memenuhi
seruan Erdogan itu mengubah jalannya gerakan kudeta: dari posisi
menyerang menjadi bertahan akibat aksi penolakan rakyat itu dan kemudian
gagal total.
Seetlah upaya kudeta yang gagal, Erdogan
kembali memercayai Fidan untuk memimpin aksi sapu bersih terhadap
jaringan Gulenis di semua lini. Sebelum terjadi upaya kudeta, Erdogan
memang sudah memberi mandat kepada Fidan agar memerangi Gulenis, yang
disebutnya gerakan negara tandingan.
Pada forum sidang Dewan Keamanan Nasional yang dipimpin Erdogan di
Ankara, Rabu malam, Fidan salah satu yang paling lantang meminta
pemberlakuan status darurat.
Fidan, lahir 1968 di Ankara,
memulai pendidikan tingginya pada Akademi Angkatan Darat Turki. Lulus
1986, ia berkarier di militer. Pada 1999, ia meraih gelar master
jurusan Hubungan Internasional Universitas Bilkent Ankara. Tesis
masternya berjudul "Studi Banding antara Sistem Intelijen Turki,
Inggris, dan Amerika Serikat".
Erdogan menunjuk Fidan sebagai
Kepala MIT pada 27 Mei 2009. Fidan lalu melakukan reformasi dengan
menggabungkan semua lembaga intelijen di Turki, yakni intelijen militer,
intelijen luar negeri, dan intelijen dalam negeri, dalam satu wadah,
lembaga intelijen nasional.
(Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir)
Sumber: Kompas, 22 Juli 2016
Posting Komentar