JAKARTA, KOMPAS —
Masyarakat ditengarai mulai mengurangi belanja kebutuhan harian. Hingga
April lalu, frekuensi rumah tangga perkotaan untuk berbelanja kebutuhan
sehari-hari (fast moving consumer goods/FMCG) turun 8 persen
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari penelitian yang
dilakukan pada 2014, frekuensi belanja turun 3 persen dibandingkan pada
2013.
Dari penelitian Kantar Worldpanel terhadap 440 merek produk yang beredar di Indonesia pada 2014, frekuensi keseluruhan belanja rumah tangga turun 3 persen dibandingkan pada 2013. Jumlah rumah tangga yang diteliti sebanyak 5.680 rumah tangga yang mewakili 86 persen rumah tangga perkotaan. Rumah tangga itu juga terdiri dari mereka yang berpendapatan tinggi sampai mereka yang belanjanya kurang dari Rp 850.000 per bulan.
Dari 10 merek yang menduduki tempat teratas dalam penelitian, hanya dua merek produk yang mengalami kenaikan atau lebih dipilih konsumen. Delapan merek produk lain mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013. Penurunan bervariasi antara 0,6 persen dan 13,3 persen. Meskipun demikian, dari 440 merek, 239 atau 53 persen mengalami kenaikan frekuensi pembelian. Sisanya, 47 persen, mengalami penurunan pembelian.
Menurut Lee, rumah tangga perkotaan tetap berbelanja kebutuhan sehari-hari. Namun, mereka membeli barang yang dibutuhkan saja. "Proyeksi kami, tahun ini, konsumsi masih tetap tumbuh meski belum menyamai tahun sebelumnya," kata Lee.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Satria Hamid mengatakan, hingga April lalu memang terjadi penurunan pembelian barang- barang secara keseluruhan. "Pelambatan terasa di sektor riil, termasuk ritel, yang angkanya berkisar 5-8 persen. Ini terasa sekali dibandingkan periode yang sama tahun lalu," kata Satria.
Menurut Satria, saat ini, konsumsi ditopang oleh bahan pokok. Masyarakat memprioritaskan membeli bahan pokok dibandingkan barang lain atau yang di luar perencanaan. Untuk mendorong konsumsi, pelaku usaha melakukan promosi melalui kerja sama dengan pihak pemasok atau bank penyedia kartu kredit.
"Mudah-mudahan saat Lebaran nanti akan menggairahkan masyarakat kembali," ucap Satria. (NAD)
Sumber: Kompas 6 Juni 2015
Posting Komentar