Ketika
sedang luang membaca majalah lawas terbitan London beberapa tahun lalu,
tak sengaja mata saya menangkap artikel kecil yang sepertinya hanya
sekadar "menuh-menuhin" jatah ruang kertas yang masih tersisa. Saya
tertarik membaca judulnya: "Apakah mamalia yang paling tak terancam
kepunahan di dunia?"
Entah kenapa, yang pertama terlintas di kepala saya jawabannya adalah kelinci.
Mungkin karena banyak frase yang menggambarkan kelinci sebagai binatang beranak banyak dan melambangkan kesuburan.
Ternyata menurut artikel tersebut, jawabannya adalah: TIKUS.
Menurut
Badan Kesehatan Dunia, WHO, perkiraan populasi tikus di seluruh dunia
mencapai 4 M (Tahun 2007) dan merupakan mamalia yang paling tak terancam
kepunahannya. Masih menurut penelitian WHO, tikus-tikus ini ternyata
bisa berkembang begitu banyak karena jumlah makanan mereka yang
meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitas dari sisa makanan
yang kita tinggalkan di jalan-jalan.
Sepasang tikus mampu menghasilkan sebuah koloni sejumlah 2000 ekor
dalam setahun. Dan ini adalah bayangan yang menakutkan bagi koloni
manusia. Bayangkan, sepasang tikus menghasilkan koloni 2000 ekor dalam
setahun.
Yang
paling menarik di garis bawahi dari artikel tersebut adalah bahwa
ternyata menurut WHO peningkatan gizi tikus itu dapat terjadi akibat
sisa makanan kita yang tidak dihabiskan. Nah, itulah kunci utamanya.
Ternyata secara sengaja maupun tidak, kita lah yang berperan besar dalam meningkatkan gizi bagi para tikus-tikus tersebut.
Padahal, larangan Allah agar kita tidak mubazir sangat lah jelas, tercantum dalam Al Quran :
"Sesungguhnya orang yang mubazir itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhan." (QS Al-Isra: 27).
Lagi-lagi sebuah bukti secara science
sebuah perintah Allah yang sepertinya "sepele" dan sering
"disepelekan" oleh umat Islam sendiri, untuk selalu menghabiskan makanan
dan tidak mubazir ternyata erat hubungannya dengan keseimbangan
ekosistem. Sebenarnya koloni tikus tak perlu berkembang mengerikan
seperti ini bila umat Islam kembali ke ajaran Islam. Karena selain
larangan untuk mubazir, Islam juga menghalalkan kita untuk membunuh
tikus dimana saja, sekalipun itu dilakukan di tanah haram.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang artinya : ”
Ada lima hewan membahayakan yang boleh dibunuh di tempat halal dan
haram, yaitu ular, burung gagak yang berwarna belang-belang, tikus,
anjing yang suka menggigit, dan burung hudaya (sejenis rajawali).” (HR. Muslim).
Pelajaran yang menarik dari hasil analisa artikel di atas adalah:
1.
Jangan sepelekan perintah dan larangan Allah "sekecil" apapun itu. Bisa
jadi akal dan pemikiran kita saja yang belum dapat mencerna dan
menemukan bukti science atas perintah dan larangan Allah.
Al-Imam
Al-Barbahari rahimahullah berkata: “Agama ini datang dari Allah
tabaraka wa ta`ala, bukan dari akal dan pendapat manusia. Ilmunya dari
sisi Allah melalui Rasul-Nya, maka janganlah engkau mengikuti agama
dengan hawa nafsumu yang menyebabkanmu terpisah dari agama hingga engkau
keluar darinya. Tidak ada dalil bagimu untuk menolak syariat dengan
akal atau hawa nafsu karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
telah menjelaskan agama ini (As Sunnah) kepada para shahabat. Para
shahabat adalah Al-Jama’ah dan As-Sawadul A’zham. As-Sawadul A’zham
adalah kebenaran dan orang yang berpegang dengannya.” (Syarhus Sunnah)
2.
PR kita sebagai umat Islam memang masih banyak sekali, membuktikan
ibrah dari perintah dan larangan Allah untuk kebaikan kehidupan
sehari-hari secara khusus dan keseimbangan ekosistem secara umum.
Jadikanlah perintah dan larangan dalam Al Quran menjadi bahan pemikiran,
bahan penelitian untuk memperkaya ilmu yang kita miliki sehingga
membuat kita makin mendekat kepada Allah.
Allah berfirman: “Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka
bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi
kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS. Fushshilat : 53)
3.
Janganlah kita termasuk orang-orang yang merasa "sudah sangat" cerdas
secara pemikiran hingga memiliki pemikiran seperti ini : "Bila tidak ada
data empiris atau science yang membuktikan ayat-ayat Allah, maka tidak
perlu dilakukan". Ini jelas pemikiran yang terbalik. Hati-hati dengan
pemikiran ini, nanti kita sendiri yang rugi.
“Sedangkan ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya ” (QS. Thaaha : 110)
4.
Biasakan akhlak Al Quran dalam kehidupan sehari-hari, sekecil apapun
itu. Tidak membuang-buang dan menyisakan makanan, menggunakan tangan
kanan untuk makan dan minum, makan dan minum tidak dalam keadaan
berdiri, tidur miring ke kanan, dan masih banyak lainnya. Banyak dari
rutinitas kecil kita itu yang memang sudah terbukti secara ilmiah
menyehatkan dan bisa jadi membawa keuntungan yang massive
(jauh lebih besar) dari sekadar untuk diri kita sendiri, hanya mungkin
belum kita temukan saja. Salah satu contoh yang sudah dapat dilihat
buktinya ya hubungan antara mubazir dengan keseimbangan ekosistem ini.
“Katakanlah:
Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak
ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia
tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan
sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan)
mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-A’râf: 33)
Terakhir, tulisan ini ditutup dengan nasihat dari Abdul Muzhaffar As-Sam’ani ketika menerangkan akidah Ahlus Sunnah, berkata,
“Adapun
para pengikut kebenaran, mereka menjadikan Kitab dan Sunnah sebagai
panutan dan mencari agama dari keduanya. Apa yang terbetik dalam akal
dan benak, mereka hadapkan kepada Al-Kitab dan As-Sunnah. Kalau mereka
dapati sesuai dengan keduanya maka terima dan bersyukur kepada Allah
dimana Allah perlihatkan hal itu dan memberi mereka taufik-Nya. Tapi
kalau mereka dapati tidak sesuai dengan keduanya maka mereka
meninggalkannya dan mengambil Al-Kitab dan As-Sunnah lalu menuduh akal
mereka. Sesungguhnya keduanya (Al-Kitab dan As-Sunnah) tidak akan
menunjukkan kecuali kepada yang benar sedang pendapat manusia kadang
benar dan kadang salah.”
Allahu'alam bish-shawab...
Poppy Yuditya
parentingnabawiyah.com
Posting Komentar