JAKARTA, KOMPAS — Jumlah
penduduk miskin Indonesia meningkat dari 28, 07 juta orang pada Maret
2013 menjadi 28,55 orang pada September 2013 atau meningkat 480.000
orang. Peningkatan tersebut mendorong angka kemiskinan naik dari 11,37
persen menjadi 11,47 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin menjelaskan, berdasarkan lokasi
pada September 2013, penduduk miskin bertempat tinggal di desa 17,92
juta orang dan penduduk bertempat tinggal di kota 10,63 juta orang.
”Angka kemiskinan meningkat antara lain dipengaruhi oleh inflasi yang
tinggi pada Maret hingga September 2013 yang mencapai 5,02 persen karena
adanya kenaikan harga bahan bakar subsidi. Secara nasional, harga
rata-rata beras sebagai makanan pokok meningkat dari Rp 10.748 per
kilogram pada Maret 2013 menjadi Rp 10.969 per kilogram,” kata Suryamin
dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (2/1).
Kondisi itu berkorelasi dengan tingkat pengangguran terbuka. Tingkat
pengangguran terbuka naik dari 6,14 persen pada Agustus 2012 menjadi
6,25 persen pada Agustus 2013. Jumlah dan tingkat kemiskinan Indonesia
sebetulnya sudah turun pada tahun 2005, tetapi naik lagi pada 2006
karena terjadi inflasi yang tinggi, yakni mencapai 17,95 persen.
Sejak 2007 hingga Maret 2013, jumlah penduduk miskin terus turun. Namun, naik lagi pada periode Maret sampai September 2013.
Garis kemiskinan yang menjadi pembatas kategori penduduk miskin dan
tidak miskin naik dari Rp 271.626 per kapita per bulan pada Maret 2013
menjadi Rp 292.951 per kapita per bulan pada September 2013.
Peningkatan harga bahan makanan dan sejumlah komponen non-makanan,
seperti perumahan, menjadi penyebab kenaikan garis kemiskinan.
Berdasarkan pulau, Maluku dan Papua menjadi pulau dengan angka
kemiskinan terbesar, yakni 24,24 persen, jauh di atas angka kemiskinan
nasional 11,47 persen. Di urutan berikutnya Bali dan Nusa Tenggara
dengan tingkat kemiskinan 14,49 persen, disusul Sulawesi 11, 75 persen,
dan Sumatera 11, 57 persen. Tingkat kemiskinan di Jawa 10,98 persen dan
Kalimantan menjadi pulau dengan angka kemiskinan terkecil, yakni 6,66
persen.
Masyarakat rentan
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef)
Enny Sri Hartati menjelaskan, kelompok masyarakat berpenghasilan rendah
sangat rentan jatuh ke kategori miskin saat terjadi inflasi tinggi.
Kelompok masyarakat berpenghasilan rendah membelanjakan sebagian besar
uangnya untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Saat harga bahan makanan naik karena meningkatnya berbagai komponen
biaya, alokasi penghasilan masyarakat kelas bawah yang biasanya
digunakan untuk membeli bahan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
mereka dalam satu bulan.
”Pekerjaan rumah pemerintah pada 2014 sangat berat karena saat ini tren
harga bahan makanan dunia sedang naik jika berkaca pada tren ekspor
komoditas primer Indonesia. Padahal, pada saat yang sama nilai tukar
rupiah cenderung melemah,” ujar Enny.
Kondisi itu, menurut Enny, masih diperparah oleh kenyataan bahwa
masyarakat menghadapi kompetitor baru dalam mendapatkan bahan makanan.
Bahan makanan yang sama juga digunakan untuk pakan ternak dan energi.
Bahan bakar nabati berasal dari minyak nabati yang merupakan bahan baku
untuk minyak konsumsi. (aha)
Sumber: Kompas 3 Januari 2014
Jumlah Orang Miskin Bertambah, Harga Pangan Jadi Penentu
Jumat, 03 Januari 20140 komentar
Label:
Ekonomi
Posting Komentar