Bila Sutan Bhatoegana jadi tersangka, itu bukan berita, tapi petir!
Kenapa begitu? Karena ia ujung tombak, juru bicara, amat vokal terhadap
korupsi, pokoknya segalanya. Petir bukan buat dirinya dan Partai
Demokrat saja, tapi juga Indonesia. Habis sudah kepercayaan terhadap
politisi.
Kepada penyidik KPK, ia mengatakan tak terima uang dari siapa pun saat Kongres Partai Demokrat.
Tapi, sahabatnya Ruhut Situmpol, mengatakan ia menerima, karena ia
memiliki hak suara dalam Kongres. Ruhut tahu dari penyidik, katanya itu
pengakuan Sutan sendiri. Mana yang benar. Entahlah. Penyidik punya
caranya sendiri. Tapi, fokusnya ketika itu bukan dia, tapi Anas.
Kini, Sutan muncul di BAP Rudi Rubiandini, bekas Kepala SKK Migas,
tersangka kasus suap dan TPPU. BAP ini menyebar luas di kalangan media.
Entah siapa penyebarnya? Tapi, ini telah mulai biasa dalam pemberantasan
korupsi kita. Lebih bocor dari itu, juga sudah biasa kok!
Masuk
barang tu. Ngeri-ngeri sedap. Ngeri di kita, sedap di dia! Itu biasa
dilontarkannya saat tampil di layar kaca. Pokoknya, itu paten dialah.
Soal gagasan orisinal, hampir tak ada yang bisa diingat. Hampir mirip
dengan peran sahabatnya Ruhut, sebagai dog-fight, anjing penjaga.
Mungkin Sutan mulai ngilu dengan kata-katanya sendiri. Di persidangan
Simon GT, Rudi Rubiandini sepertinya mengalair alamiah saja, tak
terbendung. Nama Tri Yulianto dari Demokrat jelas disebut. Tak hanya
dia, politisi dari partai merah, kuning, hijau, dan biru juga
disebut-sebut.
Tak tanggung-tanggung, selain Sutan nama Ibas, Dipo
Alam, Jero Wacik, juga disebut. Untuk kesekian kalinya istana terseret
pusaran korupsi. Kekhawatiran Ahmad Yani, politisi dari PPP, kasus suap
Rudi Rubiandi hanya sebagai pintu keluar, bukan pintu masuk, ternyata
keliru.
Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Nurpati mengatakan tak
akan melindungi siapapun, termasuk Ibas dan Jero. Itu tanggung jawab
pribadi, bukan partai. Sekretaris Dewan Kehormatan Suaidi Marasabessy
akan mengevaluasi pencalegan pihak-pihak yang terlibat kasus SKK Migas.
Dibantah, pasti sudah dibantah. Ini sudah lazim. Hak ingkar, haknya
tersangka. Apalagi ini belum apa-apa. Tapi, Sutan sulit mengelak, karena
Kepala SKK Migas itu memang mitranya sebagai Ketua Komisi VII. Bisa
positif, bisa juga makin negatif. Karena, makin masuk barang tu!
Dibandingkan Ruhut, Sutan masih terlihat cacat. Ia juga pernah tersebut
dalam kasus lain. Ruhut lebih bersih, sehingga dia wajar vokal.
Diperiksa KPK juga, tapi karena dia termasuk tim pemenangan Anas, tak
lebih dari itu. Vokal dan kontroversi, tapi berdebu, lebih cepat
tenggelam.
Bila akan jatuh, jatuhnya Sutan akan lebih parah.
Tertimpa tangga dan dilempari batu. Itu karena ia terlihat gagah dalam
usaha perang terhadap pemberantasan korupsi. Jaksa KPK kerap menjadikan
delik ini guna memperberat hukuman terhadap tersangka korupsi yang
ditanganinya.
Gestur atau ekspresi Sutan di layar kaca mulai
berubah, kata pengamat saat menganalisis tampilannya di TVOne. Masih
lepas dan ceplas-ceplos, tapi agak tertahan. Sepertinya ada yang
disembunyikan. Apa itu? Masih gelap. KPK kembali uji nyali berhadapan
dengan tembok istana.
Erizal
Sumber: Singgalang, 8 Desember 2013
Posting Komentar